Horeee, Aku Lulus UTN !

www.mjumani.net - Pagi ini hujan dari subuh masih menyisakan rintik-rintik, ingin rasanya menambah beberapa menit lagi tempat tidur. Tapi, sedari tadi handphone ku berulang kali bergetar, isyarat ada sederet notifikasi WA yang menunggu untuk dibaca. Aku memang terbiasa menyeting ponsel hanya getar, menjadi orang pelupa adalah salah satu sebabnya. Masih lekat rasanya di ingatan ketika aku dipermalukan yang namanya nada dering. Kala itu aku menonton acara syuting live acara talkshow interaktif. Ruang pengambilan "gambar" itu sangat sempit, rasanya  tak jauh lebih luas dari ruang tengah rumahku. Penanggung jawab acara telah memperingatkan sebelum masuk untuk menonaktifkan nada dering, sebelum acara live di mulai. Aku mengambil gawaiku, lalu menyentuh menu pengaturan nada dering dan menyetingya off. Namun apa hendak dikata, hari itu entah kesialan dari mana yang menghinggapi, sehingga aku ibarat mencoreng arang dimuka sendiri. Ya. Sejak itulah HP ku lebih banyak silent. Bukankah juga ada pepatah mengatakan bahwa "Diam itu emas",?.

PLPG 2017
Bersama teman seangkatan PLPG 2017 
Aku membuka kunci lalu menggeser-geser "layar", membaca beberapa notifikasi. Umumnya adalah notifikasi grup. Ada beberapa grup yang aku ikuti, mulai dari grup alumni sekolah dan teman semasa kuliah, grup para penulis (walaupun rasanya malu, karena belum ada satu buku pun yang di tulis), bahkan grup-grup yang mungkin bagi sebagian orang tidak terlalu penting, misalnya grup teman satu aliansi game online atau grup sehobi. Di antara grup tersebut salah satunya adalah grup alumni PLPG 2017. Grup yang anggotanya memang tidak banyak, tetapi mereka adalah orang-orang istimewa. Orang-orang cerdas dengan pengetahuan yang luar biasa. Ketika pertama kali bertemu, aku minder luar biasa. Beruntung, tidak hanya memiliki intelektualitas, mereka juga memiliki pribadi yang rendah hati dan bersahabat. 

Meski tidak menampakan, sesungguhnya aku juga merasakan sedikit kegelisahan. Kegelisahan tentang apa yang ramai mereka perbincangkan di grup, "Kelulusan UTN". Aku memahami betul, tidak hanya semata karena perjuangannya untuk melewatinya, tetapi ada banyak hal yang membuat banyak guru rela mengorbankan banyak hal untuk meraihnya. Aku tidak ingin mengesampingkan perjuangan angkatan lain dalam menyelesaikan "misi" ini, tetapi cerita menyayat hati (maaf di lebaykan sedikit) juga pasti ada di angkatan kami. Mulai dari serangan monster tikus, antrian air mandi, hingga kehilangan gadget kesayangan. Memang terdengar seperti sebuah keranjang penderitaan, tetapi seorang teman pernah berkata, tanpa penderitaan semua akan mudah terlupakan. Dia percaya jika sesuatu itu di gapai dengan mudah, maka ia akan hilang dengan mudah pula.  Sesuatu yang di lalui dengan pahit akan melahirkan cerita yang sengit. Entah mengapa aku merasa ada benarnya, hanya saja cerita sengit itu baru akan terasa setelah semua di lalui.

Sejauh yang ku tahu, sejak diberlakukan program sertifikasi pada tahun 2005. Para pendidik seperti mendapat angin segar, mereka mulai memiliki harapan bahwa pekerjaan yang kini disebut-sebut sebagai salah satu profesi yang mulia ini mulai dihargai. Walaupun pada kenyataannya, harapan itu tidak sepenuhnya nyata. Hanya ada sebagian kecil, dan itupun penuh lika-liku. Namun demikian, kita tentu percaya. Bahwa pemerintah, kementrian-kementriannya tidaklah tutup mata. Kita juga hendaknya percaya bahwa, mereka telah memikirkan banyak cara agar semua guru sejahtera. Semoga!.

Sebuah link yang dishare  pak Arief, menjadi fokus perhatian ku. Pa Arief adalah salah satu orang hebat yang aku temui selama di pelatihan. Tidak hanya berwawasan luas, Ia juga tangkas dan peduli. "Ketua kelas" kami itu sangat ringan tangan. Kawan-kawan pun mengenalnya sebagai pribadi yang menghargai waktu, ia selalu datang lebih awal. Sungguh pribadi yang sangat pantas menjadi seorang leader. 

Pengumuman Hasil UTN


Saat pulang kampung seperti sekarang, aku seperti bermanja pada dunia gadget dan internet. Aku menganggapnya sebuah anugerah, yang hanya bisa ku nikmati beberapa kali dalam setahun. Setidaknya sejak empat tahun terakhir, ketika aku memasuki babak "Jumanji" dalam kehidupanku. Jauh dan terasing, tidak hanya menciptakan jarak tetapi juga menjadi pemisah ruang dan waktu bagi kehidupanku sebelumnya. Namun selalu mengatakan, bahwa aku menikmatinya. 

Dari link yang dibagikan kawan luar biasaku itu, aku menuju sebuah laman web. Laman itu sangat sederhana, latarnya hanya putih, hanya ada dua kolom input, yang pertama untuk memasukan nomor NUPT dan yang kedua untuk memasukan data nomor peserta. Di bagian atas kolom input tersebut terdapat tulisan besar "Hasil UTN Kemendikbud dan Kemenag Tahun 2017 (peserta PLPG tahun 2017 atau tahun 2016 yang mengulang) Informasi Kelulusan Universitas Negeri Malang, Universitas Palangkaraya, dan Universitas Borneo Tarakan Hanya Melalui Website Ini (http://psg15.um.ac.id/pengumuman)."

Aku meraih tas berkas yang berada tak jauh, merogoh selembar kertas kecil bertuliskan "kartu perserta Ujian Tulis Nasional 2017". Jari-jemariku mulai lincah menyentuh angka demi angka, memasukan data yang diperlukan, NUPT dan Nomor Peserta. lalu mengklik "lanjutkan". Aku merasakan waktu terasa melambat, membiarkan mata mengeja huruf demi huruf, menelaah kata demi kata. Pandanganku terhenti pada dua kata di baris delapan, "Hasil Sertifikasi", ku amati lekat-lekat tulisan di sebelah kanannya. Dua kata yang aku yakin telah di tunggu ribuan kawan senasib, bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun lamanya. Kata sakti "LULUS UTN".

Alhamdulillah, Puji Syukur Kehadirat Allah, karena aku yakin "keberhasilan" ini adalah atas kehendak dan seijin-Nya. Maka aku juga yakin dan percaya, kepada kawan-kawan yang belum berhasil kali ini, Dia telah menyiapkan jalan lain untuk keberhasilan kalian. Jangan pernah menyerah, dan yakinlah seperti yang telah di sampaikan oleh salah satu mentor kita, bahwa hidup ini sesungguhnya terlalu sempit jika hanya di nilai dengan selembar kertas. Hidup adalah perjuangan yang membutuhkan keberanian, keyakinan dan harapan. Berhasil itu adalah kata yang relatif, tergantung dari sudut pandang dan ada banyak ketidaksamaan antar setiap orang. 

Terimakasih kepada mentor  Bu Titin Purnaningsih dan Bapak Yohanes Edi Gunawan yang telah memberikan ilmu dan membuka wawasan, serta  sahabat-sahabat seperjuangan, atas kerjasama dan pengalamannya. Kalian adalah pribadi hebat.