Halo Sobat Guru Pedalaman,
Apa kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat dan penuh semangat, di mana pun kalian berada.
Ada satu hal yang selalu membuatku bersyukur bisa bertugas di pedalaman Kalimantan kesempatan untuk belajar dan berbagi dengan cara yang lebih dekat dengan kehidupan. Salah satunya lewat kegiatan kelas alam, atau seperti yang biasa kami sebut, outdoor class.
Kelas alam ini adalah bagian dari kegiatan Taman Bacaan Masyarakat Tumbang Baraoi (Taman Baca Baraoi) yang aku dirikan sejak tahun 2014. Awalnya, taman bacaan ini lahir dari kegelisahan sederhana: sulitnya akses terhadap buku bacaan. Saat pertama kali datang dan mengajar di pedalaman, aku menjumpai banyak anak-anak, bahkan yang sudah duduk di bangku SMA, belum lancar membaca.
Aku sering berpikir, bagaimana mungkin mereka bisa memahami pelajaran yang lebih dalam jika membaca saja masih terbata-bata? Aku sadar, kemampuan membaca yang baik tidak datang tiba-tiba. Ia tumbuh perlahan, melalui kebiasaan, pengulangan, dan tentu saja ketersediaan bahan bacaan.
Namun di pedalaman seperti ini, menemukan buku bacaan layak ibarat mencari jarum di tumpukan jerami. Maka, dari keterbatasan itulah aku berinisiatif mendirikan taman bacaan. Tujuannya sederhana: agar anak-anak dari pra sekolah hingga remaja memiliki tempat untuk berkenalan dengan buku, belajar membaca, dan menikmati dunia pengetahuan.
Beruntung, beberapa rekan guru juga ikut bergabung. Mereka menjadi pengurus sekaligus relawan, menemani anak-anak membaca dan belajar dengan cara yang menyenangkan.
Kelas Alam dan Eksperimen Sains
Bagi kami, itu bukan sekadar percobaan sains sederhana. Itu adalah momen belajar yang hidup saat pengetahuan tak lagi sekadar teori di papan tulis, tapi menjadi pengalaman langsung yang bisa disentuh dan dilihat.
Belajar Tanpa Dinding
Kegiatan seperti ini sering kami lakukan, biasanya di akhir pekan atau sore hari setelah mengajar di sekolah. Tema pembelajarannya beragam, tergantung siapa relawan yang hadir: bisa tentang bahasa Inggris dasar, matematika, atau bahkan kerajinan tangan.
Yang pasti, setiap pertemuan selalu membawa semangat baru baik bagi anak-anak maupun kami para pengajar. Kami belajar bahwa pendidikan tidak selalu harus terjadi di ruang kelas. Kadang, ia justru tumbuh subur di bawah pohon, di tepi sungai, atau di halaman rumah.Bagi anak-anak, taman bacaan dan kelas alam ini bukan hanya tempat belajar. Ia menjadi ruang bermain, tempat bertemu teman, dan jendela kecil menuju dunia yang lebih luas.
Dan bagiku, setiap senyum dan tawa mereka adalah pengingat mengapa aku dulu memulai semuanya.
“Membaca bukan hanya tentang mengenali huruf, tapi tentang membuka pintu ke dunia yang tak terbatas.”