Panen Paku Sayur (Bajei) di Habitat Aslinya

www.mjumani.net - Beberapa waktu lalu, admin mendatangi sebuah lahan hijau di tepian sungai Baraoi. Bagi sebagian orang, ini mungkin hanya padang rumput biasa yang tidak berarti. Tetapi bagi, kami di pedalaman Kalimantan Tengah, hamparan hijau ini adalah "harta karun" yang sangat berarti. Maklum saja, ditengah-tengah hutan nyaris di Jantung Borneo ini sangat sulit menemukan sayur-sayuran yang berasal dari kota untuk melengkapi kebutuhan empat sehat lima sempurna. Namun sebagai gantinya, kami punya "kebun" yang dihadiahkan Sang Pencipta dan boleh dipetik suka-suka. Salah satunya adalah sayur paku atau Paku Sayur ini. 

Manfaat Paku Sayur (Bajei) bagi kesehatan
Habitat Bajei/ Paku Sayur (Diplazium esculentum)

Paku Sayur (Diplazium esculentum) di kalangan masyarakat Dayak lebih populer dengan nama Bajei. Walaupun pakis ini lebih sering dijumpai hidup disekitar aliran air seperti tepian sungai atau danau, serta daerah lembab di tempat asal admin yang merupakan daerah rawa gambut rasanya sangat jarang menjumpai tumbuhan ini. Berbeda dengan Kelakai yang memang sangat melimpah di kawasan rawa. Oleh karena itu, mengonsumsi Paku Sayur atau Bajei ini baru pertama kali saat bertugas di Tumbang Baraoi.

Bagian tanaman yang sering diambil untuk sayur adalah tanaman muda atau tunas muda yang bagian ujungnya masih menggulung. Batang tanaman muda ini biasanya hanya terdapat sedikit daun dan lebih bertekstur atau berair sehingga mudah dipatahkan. Bahkan anak-anak kecil yang belum duduk di Sekolah Dasar dapat dengan terampil mengumpulkan sayur ini hanya berbekal tangan kosong.

Tidak banyak jenis paku-pakuan (Pteridophyta) yang populer dikonsumsi. Sepengetahuan admin selain Bajei atau Paku Sayur ini hanya ada Stenochlaena palustris atau yang dikenal dengan Lemidi (Kelakai) yang juga sering dimanfaatkan sebagai sayur. Faktanya walaupun sudah dikenal luas sebagai sayuran "gratis" di daerah pelosok seperti di Tumbang Baraoi, hanya sedikit yang mengetahui bahwa tanaman ini memiliki manfaat yang tidak bisa dipandang remeh dalam hal kesehatan. 

Beberapa kandungan zat nutrisi yang terkandung antara lain lipida, protein, karbohidrat, vitamin, serat, dan mineral seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), zat besi (Fe), tembaga (Cu) dan mineral lainnya. Potensi yang dianggap sangat penting yang terkandung pada tumbuhan ini adalah kemampuannya sebagai aktivitas antioksidan, antiinflamasi, antidiabetes, dan imunomodulator.

Sebagaimana dilansir dari web Kanal Pengetahuan Farmasi Universitas Gadjah Mada, Pakis sayur bahkan telah dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional berbagai negara di Asia dan Afrika untuk penyakit seperti penyakit gula darah, asma, diare, rematik, cacar,  disentri, sakit kepala, demam, luka, nyeri, campak, darah tinggi, sembelit, oligospermia, patah tulang, pembengkakan kelenjar, dan penyakit terkait kulit. Selain itu tumbuhan ini dikonsumsi dalam bentuk segar maupun dibuat sup untuk menjaga kesehatan tubuh . Bagian tumbuhan yang digunakan pada pengobatan maupun pemeliharaan kesehatan yaitu bagian daun, bagian aerial, daun muda (kuncup), rhizoma maupun keseluruhan tumbuhan. 

Tentunya kita patut bangga dan bersyukur bahwa Tuhan telah menganugerahkan Indonesia alam yang subur dan titipan kekayaan Keanekaragaman Hayati yang melimpah termasuk Paku Sayur ini. Di salah satu pelosok negeri yakni Desa Tumbang Baraoi, yang jauh dari hiruk pikuk keramaian kota sayur "gratis" ini dapat dipanen sesuka hati di habitat aslinya tanpa harus membeli. Sayur yang sangat organik ini tidak pernah ditanam sama halnya dengan bambu yang juga menyediakan rebung gratis bagi siapa saja yang mau sedikit berusaha memanennya. Bahkan karena familiarnya dua sayur ini, ada guyonan agar jangan pernah sekali-sekali makan sayur paku dan rebung bersamaan karena bisa-bisa nanti yang keluar malah pagar.